Di era teknologi seperti sekarang, mencatat bukan hanya sekadar menulis ulang apa yang kita dengar di kelas atau baca dari buku. Mencatat sudah menjadi bagian penting dari strategi belajar dan bekerja. Namun, muncul pertanyaan klasik yang masih diperdebatkan: lebih baik mencatat secara analog (dengan tangan) atau digital (menggunakan laptop, tablet, atau smartphone)?
Jawabannya ternyata tidak sesederhana “yang ini lebih baik dari yang itu.” Karena sejatinya, tidak ada cara mencatat yang paling sempurna atau paling benar. Semua kembali pada konteks, kebutuhan, dan gaya belajar masing-masing. Namun, untuk mendapatkan hasil maksimal di zaman modern ini, kombinasi dari keduanya justru dapat menjadi strategi yang paling ideal.
Sebelum membahas cara mencatat, kita perlu memahami kenapa mencatat itu penting. Mencatat bukan hanya soal menyimpan informasi, tetapi juga membantu kita memahami dan menginternalisasi materi, mengingat informasi dalam jangka panjang serta menjadikan ide atau konsep lebih mudah dipahami dan diolah secara pribadi.
Menurut studi dari The Learning Scientists (2017), mencatat adalah bagian penting dari proses encoding dalam pembelajaran, yaitu bagaimana informasi diproses dan dimasukkan ke dalam memori jangka panjang. Mencatat dengan baik akan meningkatkan kemungkinan informasi tersebut tersimpan lebih lama di otak.
Meskipun terkesan kuno, mencatat dengan tangan memiliki banyak manfaat kognitif yang sudah terbukti secara ilmiah. Beberapa keunggulannya antara lain:
✅ Membantu memahami konsep
Menulis tangan memaksa otak untuk menyaring informasi penting dan merangkumnya, sehingga terjadi proses pemahaman yang lebih dalam.
✅ Meningkatkan fokus
Karena menulis tangan lebih lambat dibanding mengetik, siswa cenderung lebih fokus dan selektif terhadap informasi yang dicatat.
✅ Mengaktifkan area otak lebih banyak
Penelitian oleh Mueller & Oppenheimer (2014) menunjukkan bahwa siswa yang mencatat dengan tangan menunjukkan pemahaman konsep yang lebih baik daripada mereka yang mengetik.
✅ Lebih personal dan reflektif
Mencatat dengan tangan memungkinkan adanya coretan, gambar, atau simbol yang membantu proses belajar lebih individual.
Namun demikian, mencatat secara analog juga punya keterbatasan, seperti sulit untuk dicari ulang (tidak bisa search), bisa hilang atau rusak, tidak memiliki cadangan otomatis dan menyita waktu saat harus menyalin ulang.
Mencatat dengan perangkat digital (laptop, tablet, atau ponsel) memberikan fleksibilitas dan kecepatan yang sangat membantu, terutama dalam dunia kerja atau pembelajaran modern, di antaranya:
✅ Mengetik lebih cepat
Sangat bermanfaat saat harus mencatat banyak informasi dalam waktu singkat, seperti dalam rapat atau kuliah.
✅ Bisa dicari dan diatur
File digital bisa diberi tag, disortir, dan dicari ulang dengan mudah.
✅ Bisa dibagikan dan diakses dari mana saja
Memungkinkan kolaborasi dalam tim atau dengan teman belajar.
✅ Backup otomatis
Dengan cloud storage seperti Google Drive, OneDrive, atau iCloud, catatan tidak mudah hilang.
Namun, mencatat secara digital juga memiliki risiko karena terlalu rapi dan kurang reflektif hingga sering kali hanya copas tanpa proses berpikir. Selain itu mencatat secara digital juga lebih rentan distraksi dari notifikasi dan mendorong pemrosesan informasi secara dangkal (shallow processing).
Sebuah studi oleh Pam Mueller dan Daniel Oppenheimer (2014) membandingkan siswa yang mencatat dengan tangan dan yang mengetik. Hasilnya, siswa yang mengetik memang mampu mencatat lebih banyak, tetapi siswa yang menulis tangan memiliki pemahaman konsep yang lebih baik.
Dalam banyak situasi, strategi terbaik adalah menggabungkan kedua metode—tulis tangan dan digital—untuk mendapatkan manfaat dari keduanya. Misalnya saat kamu sedang membaca buku, mendengarkan kuliah, atau menyusun gagasan awal, gunakan tulisan tangan untuk membantu proses berpikir dan pemahaman. Setelah ide-ide awal dicatat di buku, kamu bisa memindainya atau menyalinnya ke catatan digital. Di sinilah kamu bisa menyortir, memberi tag, menambahkan referensi, atau bahkan membagikannya.

Salah satu sistem yang banyak digunakan dalam mencatat digital adalah metode Building a Second Brain dari Tiago Forte. Dalam sistem ini, proses mencatat dibagi menjadi empat langkah:
- Capture – Tangkap ide dan insight, baik dari buku, artikel, diskusi, atau pengalaman sendiri.
- Organize – Kelompokkan dan tandai bagian penting berdasarkan proyek, area tanggung jawab, atau referensi.
- Distill – Ringkas dan sederhanakan isi catatan menjadi inti yang paling bermakna.
- Express – Gunakan kembali catatan tersebut untuk menulis, berbicara, mengajar, atau membuat konten.
Agar proses mencatat (baik analog maupun digital) memberikan hasil optimal, berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan:
– Gunakan ikon atau warna untuk menandai ide penting. Ini memudahkan pemindaian ulang saat kamu membaca ulang.
– Jadwalkan 10 menit setiap malam untuk mentransfer catatan tangan ke digital. Ini bisa sekaligus menjadi momen refleksi dan pemahaman ulang.
– Matikan notifikasi saat mencatat digital untuk menghindari distraksi agar proses mencatat tetap fokus dan reflektif.
– Jangan takut membuat catatan “jelek”tapi fokuslah pada pemahaman, bukan pada estetika catatan. Prinsipnya adalah: Whatever works, just write.
Dalam mencatat, tidak ada metode yang saklek. Yang terpenting adalah kamu merasa nyaman, bisa memahami materi dengan baik, dan dapat mengakses ulang informasi yang kamu butuhkan.
Setiap orang punya gaya belajar yang berbeda. Ada yang lebih cocok dengan bullet journal, ada yang nyaman dengan aplikasi seperti Notion atau Obsidian. Ada juga yang tetap setia dengan buku catatan bergaris dan pena favoritnya.
Seiring waktu, kamu bisa mencoba berbagai metode dan menemukan gaya mencatat terbaik versimu sendiri.
Pertanyaan tentang mencatat secara analog atau digital bukan lagi soal siapa yang lebih unggul. Dunia sekarang menuntut fleksibilitas dan efisiensi, dan kombinasi antara keduanya bisa menjadi jalan tengah yang paling bijak.
Gunakan tulisan tangan untuk mendalami, memahami, dan menginternalisasi informasi. Lalu manfaatkan teknologi digital untuk mengorganisir, menyimpan, dan berbagi catatan. Dengan begitu, proses belajarmu akan menjadi lebih dalam, terstruktur, dan berkelanjutan.
Ingatlah, catatan yang baik bukan yang rapi, tapi yang membuatmu paham dan berkembang.


Leave a Reply